Tugas individu
PLASMOLISIS
DAN DEPLASMOLISIS PADA EPIDERMIS BAWANG MERAH (Allium cepa)
(diajukan untuk memenuhi tugas laporan praktikum
fisologi tumbuhan)
Disusun Oleh:
Nama : Septiana
Astira
NPM : 1111060040
Jur/Kelas : Biologi C
Semester : IV (Empat)
Dosen Pembimbing : Ronald, B.M.,M.Si.
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Percobaan :
Plasmolisis Dan Deplasmolisis Pada
Epidermis
Bawang Merah
Tanggal
Percobaan : 17 Mei 2013
Tempat Percobaan :Laboratorium Biologi, IAIN Raden Intan Lampung
Nama :
Septiana Astira
NPM : 1111060040
Kelas :
Biologi C
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan
Biologi
Kelompok : VI (Enam)
Bandar
lampung, 09 mei 2013
mengetahui,
mengetahui,
Asisten Dosen
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam
kehidupan kita sehari-hari, banyak sekali kita temukan berbagai macam jenis
tumbuhan. Tumbuhan tersebut memerlukan berbagai nutrisiTumbuhan memerlukan air
dan garam mineral dari dalam tanah, air dan garam mineral diserap oleh bulu
akar dan diamgkut kedaun sehingga tanama menjadi segar. Tanaman segar terjadi
karena isi sel menekan dinding sel sehingga tegang (tekanan turgor tinggi). Tetapi
sebaliknya jika isis keluar maka tekanan isi terhadap dinding sel menjadi
rendah, akibatnya tanaman tampak layu, keadaan demikian, desebut mebgalami
plasmolisis. Jika ditinjau dari takanan plasmolisis memiliki osmosis tinggi.
Tekanan
osmosis yaitu kemampuan sel mnyerap air dari lingkungannya. Tanaman layu
dikatakan memiliki tekanan osmosis
tinggi atau disebut pula memiliki tekanan turgor rendah. Larutan yang memiliki
tekana turgor rendah. Larutan yang memiliki konsentrasi tinggi disebut
hipertonis sedangkan yang memiliki konsentrasi rendah disebut hipotonis. Jika
sel tanama ditempatkan dalam larutan hipertonis maka akan mengalami
plasmolisis. Jika sel yang mengalami plasmolisis dimasukkan ke dalam air maka
akan mengalami deplasmolisis, karena sel myerap air secara osmoisis dari
lingkungan sehingga isi sel penuh dan menempel ke didinding sel lagi.
Pada
praktikum yang akan kami lakukan yaitu mengamati peristiwa plasmolisisi dan
deplasmolisis sel epidermis pada bawang merah. Apabila kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari akan mudah kita aplikasikan dan terapka jika kita menemukan
peristiwa tersebut karena kita telah mengalami atau mengamatinya sendiri.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun
tujuan dari praktikum yang kami lakukan adalah agar mahasiswa dapat melihat dan
mengamati peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis sel epidermis pada bawang
merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
Pengertian Plasmolisis dan Deplasmolisis
Plasmolisis adalah peristiwa
terlepasnya membran sel pada sel tumbuhan akibat sel berada pada lingkungan
yang bersifat hipertonis. Plasmolisis juga merupakan peritiwa
lepasnya plasmalemma atau membrane plasma dari dinding sel karena dehidrasi
(sel kehilangan air). Kondisi sel yang hipotonis terhadap lingkungan
mengakibatkan terjadinya peristiwa osmosis dari sel ke lingkungan. Akibatnya
kadar air di dalam sel menurun drastis dan membran sel terlepas dari dinding
sel.Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi
di alam. Plasmolisis adalah suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan
bahwa sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar
masuk suatu zat, artinya suatu zat atau materi bisa keluar dari sel, dan bisa
masuk melalui membrannya. Dalam sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak
diam, ternyata dalam lingkungan berubah menjadi dinamis, jika memerlukan materi
dari luar maka ia harus mengambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur
tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa
masuk.Kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal yang dengan
mudah ia mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis (seimbang). Terkadang sel
juga bisa berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi sel
dapaksakan keluar karena diluar tekanan lebih besar, jika terjadi demikian maka
terjadilah lisis (plasmolisis) yang membawa sel itu mati. Tapi ketika tanaman
tersebut plasmolisis belum parah dan lingkungan
sel segera berubah menjadi hipotonik terhadap cairan sel sehingga terjadi
endoosmosis, yang akhirnya sel mengalami deplasmolisis. Dan jika Tumbuhan dengan sel dalam kondisi
seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya
plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel,
menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya runtuhnya
seluruh dinding sel dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan
untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara
berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan
hipotonik. Bagian yang dapat diamati adalah pada sekaput tipis yang biasanya
ada diantara umbi bawang merah atau pada sel selaput episdermis daun Rhoe discolor. (Bambang, 2006)
Metabolisme merupakan salah sau
cirri makhluk hidup karena dalam tubuh makhluk hidup banyak terjadi perubahan
yang terjadi perubahan yang terjadi secara kimia . ribuan reaksi kimia
berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup, dan disebut makhluk hidup. Pada
makhluk hidup, banyak reaksi kimia yang terjadi secara simultan. Jika kita
melihat reaksi tersebut satu per satu, akan sulit memahami aliran energi yang
terjadi di dalam sel.
Metabolisme dibedakan menjadi dua yaitu reaksi penyusun (anabolisme) dan reaksi penguraian (katabolisme). Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan yang hipertonis terhadap sitoplasma maka air didalam sel akan mengalir keluar sehingga sitoplasma kekurangan cairan, akibatnya mengerut sel dan terlepas dari dinding sel dan sitoplasma kembali mengembang (deplasmolisis). Plasma sel (sitoplasma) dibungkus oleh selaput tipis yang disebut membran plasma. Selaput ini mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Pada umumnya membrane pada organisme hidup bersifat semipermiabel yang berarti hanya molekul-molekul tertentu saja yang dapat melewatinya.pada saat air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi kandungan mineral garam dan zat-zat lain yang terdapat dalam sitoplasma. Hal ini membuat konsentrasi dalam zat terlarut di luar sel sama besar dinandingkan konsentrasi air di dalam sel. Pada sel Rhoe discolor yang ditetesi air suling sel menjadi membengkak karena air masuk melului osmosis. Akan tetapi dibandingkan yang lentur akan menegmbang hanya sampai pada ukuran tertentu. Sebelum dinding sel ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air lebih lanjut. Hal ini disebabkan sel berada pada kondisi paling hebat sehat dalam lingkungan hipotonik dimana kecenderungan untuk menyerap aitsecara terus menerus akan diimbangi oleh dinding lentur yang mendorong sel. ( Jane B. Reech, 2003)
Metabolisme dibedakan menjadi dua yaitu reaksi penyusun (anabolisme) dan reaksi penguraian (katabolisme). Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan yang hipertonis terhadap sitoplasma maka air didalam sel akan mengalir keluar sehingga sitoplasma kekurangan cairan, akibatnya mengerut sel dan terlepas dari dinding sel dan sitoplasma kembali mengembang (deplasmolisis). Plasma sel (sitoplasma) dibungkus oleh selaput tipis yang disebut membran plasma. Selaput ini mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Pada umumnya membrane pada organisme hidup bersifat semipermiabel yang berarti hanya molekul-molekul tertentu saja yang dapat melewatinya.pada saat air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi kandungan mineral garam dan zat-zat lain yang terdapat dalam sitoplasma. Hal ini membuat konsentrasi dalam zat terlarut di luar sel sama besar dinandingkan konsentrasi air di dalam sel. Pada sel Rhoe discolor yang ditetesi air suling sel menjadi membengkak karena air masuk melului osmosis. Akan tetapi dibandingkan yang lentur akan menegmbang hanya sampai pada ukuran tertentu. Sebelum dinding sel ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air lebih lanjut. Hal ini disebabkan sel berada pada kondisi paling hebat sehat dalam lingkungan hipotonik dimana kecenderungan untuk menyerap aitsecara terus menerus akan diimbangi oleh dinding lentur yang mendorong sel. ( Jane B. Reech, 2003)
Pergerakan molekul air melalui
membran semipermeable selalu dari laruran hipotonis menuju larutan hipertonis
sehingga perbandingan konsentrasi zat terlarut kedua zat seimbang (isotonik).
Pada saat sel di letakkan dalam air suling, konsentrasi zat terlarut dalam sel
hipertonik karen adanya garam mineral, asam organik, dan berbagai zat lain yang
di kandung sel. Dengan demikian, air akan terus mengalir ke dalam sel sehingga
konsentrasi larutan di dalam sel dan di luar sel sama. Namun, membran sel
mempunyai kemampuan yang terbatas untuk mengembang sehingga sel tersebut tidak
pecah. Pada sel tumbuhan hal ini dapat teratasi karena sel tumbuhan memiliki
dinding sel yang menahan sel mengembang lebih lanjut. (Fiktor Ferdinand. 2007)
Sel yang mengalami plasmolisis
dapat kembali ke keadaan semula. Proses pengembalian dari kondisi
terplasmolisis ke kondidi semula ini dikenal dengan istilah deplasmolisis.
Tapi, konsentrasi larutan medium dibuat lebih hipotonis, sehingga yang terjadi adalah
cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel bergerak ke
luar, sedangkan air yang berada diluar bergerak masuk kedalam dan dapat
menembus membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air untuk
masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang
sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak
ke arah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan
adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan
semula. ( Elsa, 2009)
Osmosis adalah gerakan suatu
materi, misalnya air melintasi suatu selaput atau membran. Air selalu bergerak
melewati membran ke arah sisi yang mengandung jumlah materi terlarut paling
banyak dan kadat air paling sedikit. Asmosis adalah difusi melalui membran
semipermeable. Masuknya larutan ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh
dari osmosis. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergerak dari satu sel ke
sel lainnya dengan leluasa. Selain air, molekul-molekul yang berukuaran kecil
seperti O2 dan CO2
juga mudah melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari
daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses osmosis akan
berhenti jika konsentrasi zat dikedua sisi membran sel tersebut tepat mencapai
keseimbangan. Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel
bermembran. Osmosis dapat di cegah dengan menggunakan tekanan. Oleh karena itu,
ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensila osmotik yakni
tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis. Jadi dapat disimpulkan bahwa
ada atau tidaknya plasmolisis menjadi indikator dari ada atau tidanya osmosis
yang terjadi, (Ernawati, 2006)
Memperoleh cairan murni tumbuhan
jauh lebih sulit. Cairan tersebut bisa diperas keluar dengan cara memberikan
tekanan, membekikan jaringan untuk merusak sel, dan kemudian memeras cairannya
ataupun mengocok jaringan dalam blender, lalu menyaring cairannya semua metode
tersebut., bila dipakai untuk jaringan yang sama, akan menghasilkan nilai ῳs yang berlainan, selisihnya bisa
mencapai 50% nilai dari blender biasanya paling pekat. Sedangkan cairan hasil
perasan tangan yang disaring dengan kain saring yang paling kurang efektif.
Masalah utamanya ialah berbagai macam metode ini menghasilkan tingkat
percampuran yang berbeda pada isi sitoplasma, air dinding sel. ( Markhart,
1980)
1.2 Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Plasmolisis Dan Deplasmolisis
Dalam proses terjadinya
dinding sel yang mengalami plasmolisis dan deplasmolisis dippengaruhi oleh
beberapa faktor, dari terajadinya akibat dari tekana potensial osmotik ialah
antara lain:
1.
Konsentrasi,
meningkatanya konsentrasi suatau lautan kana menurunkan nilai osmotiknya.
2.
Ionisasi
zat terlarut, potensial suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zat, tetapi
ditentukan oleh jumlah pertikel yang ada didalam larutan tersebut.
3.
Suhu,
potensial osmotic suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu.
4.
Hidrasi
molekul zat terlarut, air yang berasosiasi dengan pertikel zat terlarut disebut
air hidrasi, dampak air hidrasi terhadap suatu larutan dapat menyebabkan larutan
menjadi lebih pekat.
Kadar air dan materi yang terlarut didalam sel, hal
ini mempengaruhi dari dinding sel
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang
digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini
Bawang
merah ( Allium Cepa) , larutan
sukrosa dan NaCl 1 dan 2 M, Cutter, pipet tetes, kertas penyerap, Mikroskop,
kaca preparat cover glass.
3.2 Metode Kerja
Adapun
metode kerja yang kami lakukan adalah:
1. Menyiapkan
alat dan bahan .
2. Lalu,
membuang beberapa lapis bagian luar umbi bawang merah .
3. Membuat
sayatan yang sangat tipis sejajar dengan epidermis seluas 2-3 mm2 .
4. Kemudian
meletakkan sayatan tersebut pada kaca preparat mikroskop, kemudian meneteskan
air 2-3 tetes. Lalu. Menutup sayatan tersebut dengan cover glass
5. Setelah
itu, mengamati dengan perbesaran rendah sampai yang tinggi 10x – 2-x
perbesaran. Lalu, memperhatikan sel normal tersebut mulai dari bagian nukleus,
sitoplasma, membran, dan dinding selnya.
6. Kemudian,
meneteskan larutan sukrosa 1 M di satu sisi, sedangkan menempelkan di sisi lain
kertas penyerap.
7. Mengamati
perubahan yang terjadi setelah meneteskan larutan tersebut
8. Melakukan
hal yang sama pada larutan sukrosa konsentrasi 1 dan 2 M, Dan NaCl 1 dan 2 M.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada plasmolisis
dan deplasmolis epidermis pada bawang merah ialah sebagai berikut:
a)
Plasmolisis
Larutan
|
Gambar
|
Keterangan
|
Normal
|
|
1.
Ungu terang
|
NaCl 1 M
|
|
1.
Ungu semakin keputihan
2.
Putih
-kerusakan
60 %
|
NaCl 2 M
|
|
1.
Ungu
2.
Putih
-kerusakan
70%
|
Sukrosa 1 M
|
|
1.
Ungu
2.
Putih
-kerusakan
50%
|
Sukrosa 2 M
|
|
1.
Ungu
2.
Putih
-kerusakan
80%
|
b. Deplasmolisis
Larutan
|
Gambar
|
Keterangan
|
NaCl 1 M dan Aquadest
|
|
1.
Ungu
2.
Putih
-kembali
berkembang 80 %
|
NaCl 2 M dan Aquadest
|
|
1.
Ungu
2.
Putih
-kembali
berkembang 90%
|
Sukrosa 1 M dan Aquadest
|
|
1.
Ungu
2.
Putih
-kembali
berkembang 90%
|
Sukrosa 2 M dan Aquadest
|
|
1.
Ungu
2.
Putih
-kembali
berkembang 70%
|
b)
Pembahasan
Berdasarkan pada pengamatan
yang dilakukan pada percobaan plamolisis dan deplasmolisis pada epidermis
bawang merah, ialah dengan melakukan percobaan dengan menggunakan mikroskop
untuk mengamati perubahan yang terjadi. Perubahan diamati dengan melakukan
percobaan pertama dengan menambahkan larutan aquadest, hal ini bertujan untuk
melihat bertuk awal dari sel sayatan bawang merah tersebut, kemudian perlakuan
dilanjutkan dengan pada preparat bawang merah percobaan yang
mengalami plasmolisis ditambahkan larutan NaCl 1 M mengalami proses plasmolisis
dengan kerusakan 60% kemudian larutan NaCl 2 M mengalami kerusakan 70% , lalu
pada larutan sukrosa 1 M mengalami kerusakan 50% dan pada larutan sukrosa 2 M
mengalami kerusakan 80%. Kemudian pada percobaan deplasmolisis larutan
NaCl 1 M ditambahkan aquadest kembali mengembang 80%, lalu pada NaCl 2 M + air
mengalami mengembang kembali 90%, pada sukrosa 1 + air kembali ke keadaan
semula 90% dan pada sukrosa 2 M + air kembali mengembang 70 %.
Telah
kita ketahui bahwa plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya membran sel dari dinding sel akibat isi sel mengecil yang
disebabkan oleh peristiwa osmosis. Dimana air dalam sel berdifusi keluar sel,
akibat konsentrasi air lebih tinggi dalam sel daripada diluar sel itu sendiri.
Sedangkan peristiwa deplasmolisis adalah kabalikan dari peristiwa plasmolisa.
Untuk melihat peristiwa plasmolisa dan deplasmolisa dengan jelas maka dalam
praktikum ini menggunakn tanaman yang cairan selnya mengandung zat warbna
seperti anthocyan, tanama yang digunakan yaitu bawang merah (Allium cepa).
Berdasarkan
hasil pengamatan didapatkan data bahwa sel epidermis bawang merah mengalami
plasmolisis jika ditetesi larutas sukrosa dan NaCl. Hal ini terjadi akibat
penambahan sukrosa dan NaCl yang menyebabkan kondisi diluar sek bawang merah
hipertonis dibandingkan di dalam sel. Kondisi hipertonis di luar sel bawang
merah menyebabkan air di dalam sel memiliki potensial yang lebih tinggi
dibandingkan di luar sel. hal ini berakibat air yang ada di dalam sel bawang
merah keluar dan membrans el menjado mengkerut kemudian lepas dari dinding sel
menjadi berkurang (plasmolisis).
Saat
sel bawang merah didiamkan ( tidak diberi perlakuan lain s) ternyata sel bawang
merah yang semula plasmolisis tidak kembali lagi kebentuk semula
(deplasmolisis). Hal ini disebabkan karena kondisi di dalam sel masih hipotonis
dibandingkan dengan diluar sel. Akibat konsentrasi gliserol da n glukosa
tinggi. Dengan demikian menyebabkan air
tetap bergerak dari dalam sel ke luar sel. Deplasmolisis ini dapat terjadi
apabila konsentrasi gliserol dan glukosa tidak terlalu tinggi. Hal ini
dikarenakan ketika air bergerak ke luar sel untuk membuat keadaan didalam dan
diluar sel isotonis (seimbang) menyebabakan suatu kondisi yang terbalik dimana
semula kondisi diluar sel lebih hipertonis berubah menjadi hipotonis ( karena
penambahan air oleh sel) di bandingkan di dalam sel. Sehingga dengan demikian,
air dari luar sel akan masuk kembali ke dalam sel akibat kondisi didalam sel
yang hipertonis ( deplasmolisis terjadi).
Pada
perlakuan dimana sel bawang merah yang mengalami plasmolisis akibat ditetesi
dengan sukrosa dan NaCl ketika ditetesi air suling maka terjadi peristiwa
deplasmolisis. Karena penetesan air suling mengakibatkan menurunnya konsentrasi
gliserol dan glukosa sehingga kondisi diluar sel lebih hipotonis dibandingkan
dengan di dalam sel bawang merah. Hal ini menyebabkan air diluar sel masuk dan
sel akan kembali ke keadaan semula (deplasmolisis)deplasmolisis dapat terjadi jika sel bawang merah tersebut
tidak mengalami plasmolisis sempurna artnya masih ada bagian-bagian tertentu
dari membran plasma yang masih menempel pada dinding sel (membran sel tidak
lepas seluruhnya dari dimdimg sel). Waktu deplasmolisis pada sel mengandung
NaCl lebih cepat dibandingkan dengan sel yang mangandung sukrosa . hal ini
dikarenakan garam lebih cepat larut ketika di tetesi air suling debandingkan
dengan sukrosa,
Akan
tetapi menurut hasil pengamatan kami yang telah dilakukan di dapati peristiwa
kerusakan paling segnifikan karena secara langsung pengkerutan terjadi dan membran plasma sel keluar banyak. Di dalam
praktikum ini kami banyak melakukan kesalahan yang membuat hasil yang kami
dapatkan tidak maksimal.
BAB V
KESIMPULAN
1.
Plasmolisis
dapat terjadi akibat sebagian air keluar dari vakuola sehingga menyebabkan
dinding sel mengalami penyusutan.
2.
Plasmolisis
merupakan suatu proses melepasnya prooplasma / membrane plasma dari dinding sel
yang diakibatkan oleh terjadinya suatu eksomasis (sel ditempatkan dalam larutan
yang hipertonik).
3.
Deplasmolisis
merupakan kebalikan dari proses plamolisis, yaitu suatu proses menyatunya
kembali membrane plasma atau protoplasma yang telah terlepas dari dinding sel.
Deplasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan didalam larutan yang
hipertonik, sel tumbuhan akan menyerap air dan juga tekanan turgor akan
meningkat
4.
Dalam
proses terjadinya dinding sel yang mengalami plasmolisis dan deplasmolisis
dippengaruhi oleh beberapa faktor: Konsentrasi, Suhu, Hidrasi molekul zat
terlarut dan Kadar air dan materi yang terlarut didalam sel.
5.
Gula
yang masuk kedalam suatu sel maka sel tersebut akan memgalami plasmolisis.
DAFTAR PUSTAKA
Lakitan,benyamin.2012. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan.Jakarta:raja wali pers
Nugroho,
Hartanto. 2004. Biologi Dasar.
Bandung: Penebar Swadaya
Reece.campbell.2008.BIOLOGI edisi kedelapan
jilid 1.jakarta: Erlangga
Reshi gusta.dkk.2013.Penuntun Praktikum
Fisiologi Tumbuhan.Bandar lapung:IAIN Raden intan lampung
Salisbury,frank B.dkk.1995.FISIOLOGI TUMBUHAN jilid
1.Bandung:ITB
wah terimakasih membantu sekali
BalasHapusBagian ini gak salah nih? :
BalasHapus"Telah kita ketahui bahwa plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya membran sel dari dinding sel akibat isi sel mengecil yang disebabkan oleh peristiwa osmosis. Dimana air dalam sel berdifusi keluar sel, akibat konsentrasi air lebih tinggi dalam sel daripada diluar sel itu sendiri"